Holla... udah lama saya nggak nge post di blog ya-_- maklum sibuk <---boong tuh :p hehe tapi tenang aja... saya dateng lagi kok! *siapa juga yang ngarep* sedih nih :"""" *dipeluk Kurapika. nah saya hadir kembali dan menulis sebuah Fanfiction Hunter x Hunter tentang Kurapika. kenapa Kurapika? karena itu adalah Karakter favorit saya xD seandainya aja ada Kurapika di dunia nyata pasti saya pacarin tuh...
tadinya saya mau nge-post fanfict ini di fanfiction.net tapi sayangnya akun saya tidak terdaftar... sedihkan?
dan gambarnya.... itu buatan saya B-) tapi masih jelek ya?-_- maklum buat pemula mah lah *gedubrak *ketabrak odong-odong* het... ini odong-odong ya nyerempet gue mulu!
oke daripada makin gak jelas kita mulai aja ceritanya geh -_- Don't Like Don't Read.
Disclaimer : Hunter x Hunter bukan milik saya. kalau Hunter X Hunter itu milik gue, Kurapika jadi milik Gue seutuhnya. atau gak Kurapika gue jadiin Cewek biar gue jodohin sama Killua nyehehehhe ;> *devil Laugh*
Hunter x Hunter itu milik Yoshihiro Togashi..
Awal musim dingin...
Musim dingin tahun ini rasanya lebih bersahabat
daripada musim dingin tahun kemarin, langit tampak cerah meskipun berawan.
Tidak seperti tahun kemarin, salju turun dengan lebat sehingga orang-orang
enggan untuk meninggalkan tempat berteduhnya tidak terkecuali orang yang nekat
sekalipun.
aku
baru saja membeli cokelat panas di sebuah cafe yang terletak dekat taman kota.
Aku sengaja tidak meminumnya di cafe tersebut karena aku ingin menikmatinya
sambil duduk tenang di taman kota sambil melihat orang-orang yang berlalu
lalang sibuk menyiapkan keperluan natal.
Tidak seperti biasanya taman yang biasanya ramai
menjadi sepi seperti ini. Tapi bukankah itu hal yang bagus? Aku bisa lebih
tenang menikmati keindahan taman ini. Memang suasana yang cocok untukku yang
selalu berkhayal untuk meramaikan solitude agar kejenuhan yang selalu
menghantuiku segera sirna, aku memang aneh.
Aku
menghirup cokelat panas yang lezat itu, aku memejamkan mataku dan membuka
kembali mataku. Kini tatapanku tertuju pada seorang anak kecil yang sedang
berjalan beriringan dengan orang tuanya sambil menuntun kedua tangan anak itu.
Aku seperti melihat bayangan diriku saat masih kecil, rambut anak itu di kepang
dua sama sepertiku. Entah mengapa aku jadi rindu kepada orang tuaku yang selalu
sibuk bekerja dan tidak ada waktu luang untukku.aku menunduk.. Setitik....tidak...
dua titik mungkin dan seterusnya airmata mengalir dari mataku. Tidak...tidak...
jangan menangis! Kau sudah mau masuk SMA! Payah!... aneh kalau aku mendesah sendiri.
“kau baik-baik saja?” Tanya seseorang. Dari suaranya
aku bisa mengenali bahwa orang ini adalah seorang laki-laki. Aku mendongak,
ternyata benar seorang pemuda berambut pirang, tampan…cantik sih lebih tepatnya
berdiri di hadapanku. Umurnya mungkin sekitar saru rahun lebih tua dariku. Dia
memiringkin wajahnya.
Dasar….dasar
Payah!! Aku ini memang memalukan!! Gumamku dalam hati. Aku menghapus air mataku
dengan tanganku yang dingin. Aku ini memang payah! Lupa bawa sapu tangan lagi!
Pemuda itu
berjalan ke sebelahku. “boleh aku duduk di sini?” Tanya pemuda itu. Aku hanya
mengangguk pelan sambil tertunduk. Dia memasang headphone dan memutar sebuah
lagu dari iPod nya. Kemudian dia langsung mengambil sebuah buku tebal dan mulai
membacanya. Dia begitu tenang saat membaca buku tersebut sambil ditemani oleh
alunan musik. Matanya tampak terfokus pada buku tersebut. Dan saat itu pula aku
tidak sadar menatapnya terlalu lama, dia pun menoleh kearahku.
“Dou shita
no ?
(ada apa?)” tanyanya sambil melepas earphonenya. Sinar matanya mengejutkanku.
“I..Ie(ti-tidak) tidak apa-apa.”
Ucapku salah tingkah. Aku pun kembali menunduk. Pemuda itu tertawa kecil.
“kau sepertinya lapar ya?”
tanyanya lagi. Heeeee…. Bagaimana dia bisa tahu?
Dia
mengambil bungkus cokelat dan mengeluarkan satu bungkus berisi roti cokelat
lalu memberinya padaku. Aku sedikit ragu-ragu untuk menerima pemberian dari
seseorang yang baru aku kenal. Seperti yang selalu okka-san(ibu) bilang padaku
“janganlah menerima sesuatu dari orang yang tidak dikenal”
Aku
tertunduk. “maaf aku tidak bisa menerimanya…” ujarku.
“jangan sungkan. Aku bukan orang
jahat yang biasa memasukan racun kedalam makanan atau minuman. Aku tidak
mungkin bertindak seperti itu. Lagipula untukku itu tidak ada untungnya sama
sekali.” Jelas pemuda itu. Kali ini meyakinkan. Dia masih menyodorkan roti
cokelat itu kehadapanku dan kini aku langsung menerimanya. Maafkan aku okka-san
tapi tanpa aku sadari kau mempunyai pengecualian yang tidak tertulis ataupun
terucapkan?
“namaku Kurapika Kuruta. Namae
wa?” Tanya pemuda bernama Kurapika itu.
“ah…uh… namaku Konayuki Yoshioka.
Yoroshiku” aku kembali tertunduk.
“yoroshiku” jawabnya sambil
tersenyum.
Aku
membuka bungkus roti itu dan mulai melahapnya. Roti itu masih hangat dan lezat
sekali, berbeda seperti roti yang biasa aku beli sendiri. Apa karena gratis
atau…
“kau makannya lahap ya?” Tanya
Pemuda itu.
“eh… maaf … Kuruta-san!!
Gomen-na!” ucapku. Lagi-lagi aku mempermalukan diriku di depan orang ini, tapi
pemuda itu malah menanggapinya dengan tenang.
“tidak apa-apa setiap orang
punya cara untuk menikmati makanan… dan lagi tolong panggil aku
Kurapika”ucapnya santai.
“baiklah…terima kasih
Kurapika-san!” ujarku. Aku langsung kembali menikmati roti itu sampai habis.
Kurapika
kembali membaca bukunya.
“Kurapika-san… kau suka membaca
ya?” tanyaku. Dia menoleh sambil tersenyum.
“benar sekali! Aku penggemar
berat William Shakesphere.” Dia menunjukan buku yang sedang dia baca. “yang ini
judulnya ‘Hamlet’ walaupun di dalam cerita itu terletak banyak konflik kerajaan
tapi ada satu tokoh yang menarik minatku untuk membaca buku ini sampai habis
yaitu… Ophellia… maaf jadi curhat colongan seperti ini”
“William Shakesphere?! A-aku
juga suka! Aku suka karyanya yang berjudul ‘Romeo and Juliet’” ujarku
bersemangat.
Kurapika
tersenyum sambil menatapku. “sokka (begitu, ya)” ucapnya. Senyumannya tidak
lepas dari pandanganku. Bisa kurasakan, pipiku pasti memerah. Ya ampun…
Kurapika menatap langit lalu
menadahkan tangannya. Senyumnya melebar. “Konayuki (butiran salju)!!” serunya.
Aku segera menoleh kearahnya yang langsung berdiri dan menatap langit. Memang
benar ada butiran salju. Tadinya kukira namaku yang dia panggil. Tapi aku
tersenyum senang dapat bertemu orang
sebaik dia.
Kurapika
kembali duduk di sebelahku. “Oh iya… kenapa kau menangis?” Tanya Kurapika.
Aku
tersentak lalu menunduk. “tidak…”
Saat
itu pula mendadak aku kembali menitikkan air mata. Ah rasanya berlebihan, aku
memang payah soal mengendalikan air mata.
Terlihat
sebuah tangan menyodorkan sapu tangan berwarna biru muda. Tidak lain itu adalah
Kurapika, aku menoleh kearahnya.
“bagaimana kau tahu aku
menangis?” tanyaku, lalu aku menghapus airmataku.
“oh kau menangis? Kukira kau
sedang flu…haha!” ujarnya sambil tertawa.
Kurapika
kembali memandang langit untuk kesekian kalinya, suhu semakin dingin dan
sepertinya tidak baik berlama-lama ada di luar.
“Yosh!! Aku pulang dulu,
Konayuki-san. Semoga kita bertemu lagi. Jaa ne (bye)!” ucapnya berjalan
meninggalkanku.
“ano… matte kudasai! (tunggu
dulu” seru ku kearah kurapika. Kurapika menghentikan langkahnya sambil menoleh
kearahku. “e-etto… bagaimana sapu tanganmu?” tanyaku.
Dari
kejauhan aku melihat Kurapika tersenyum. “kau bisa mengembalikannya kalau kita
bertemu lagi” ucapnya lalu pergi dari hadapanku. Aku hanya bisa tersenyum,
ternyata ada juga orang sebaik dia.
*-*-*-*-*-*-*-*
Musim
semi tiba…
Kemeja
putih yang dipadukan dengan dasi pita serta jas almamater dan rok pendek
kotak-kotak baru telah aku kenakan. Hari pertama dan untuk pertama kalinya aku
memakai seragam Sakura Gakuen, terlihat manis tapi tetap saja aku tidak percaya
diri…payah. Aku masih menggunakan rambut kepangku, itu masih menjadi ciri
khasku saat SMP. Banyak temanku bahkan ibuku menyarankan untuk menggerai
rambutku atau merubah penampilan seperti di potong pendek atau disanggul. Tapi
aku tetap menyukai rambut dikepang menggunakan pita merah. Aku pun melilitkan syal berwarna merah di leherku agar tidak kedinginan,
meskipun musim semi tapi suhu masih terasa dingin.
Sakura
Gakuen- SMA Favorit yang ada di kota ini. Aku juga nggak nyangka bisa masuk
sekolah itu, dengan test yang lumayan sulit dijalani akhirnya aku bisa masuk
sekolah ini, tidak sia-sia aku rela begadang untuk mendapatkan sekolah itu.
“ittekimasu!!” ucapku, lalu aku
mulai berjalan meninggalkan rumah.
“hati-hati dijalan” teriak
Okka-san dari kejauhan. Meskipun hari ini baru upacara penerimaan murid baru tapi
entah mengapa aku merasa semangat.
Gerbang sekolah menyambut kedatanganku, banyak
murid-murid yang sudah stanby disana bersama orang tuanya. Tapi sayangnya hanya
aku tanpa diwakili orang tua, jam 9 pagi okka-san sudah berangkat kerja. Sedangkan
Ottou-san memang pulang satu bulan sekali. Tuh kan... mengingatkanku akan hal
itu lagi. aku jadi terus memikirkan itu sekarang dan tanpa sadar aku seperti
menabrak seseorang.
Memang betul, aku menabrak seseorang. Saat aku
mendongak wajahnya terkesan familliar. Aku pernah bertemu dengannya...
“Konayuki-san?”
ucap pemuda itu. Dia adalah Kurapika! Iya, tidak salah lagi. ketika aku menatap
wajah kurapika, angin berhembus sedikit kencang dan meniupkan kelopak-kelopak
bunga sakura yang terbang melewati wajah kami.
“Kurapika-san?”
aku terbelalak. Pipiki merah dan aku segera membungkukan badan. “Gomen-na”
Kurapika memakai Seragam yang sama sepertiku,
sepertinya dia juga memang murid Sakura Gakuen sama sepertiku. Kurapika
memasukan tangannya kedalam kantong celananya, ya ampun dia semakin keren. Tu...tunggu
dulu berapa kali aku sudah bilang ya Ampun?
“Kau
murid kelas 1 ya?” tanya Kurapika, aku
hanya mengangguk. “berarti mulai sekarang aku adalah kakak kelasmu”
“ano..i-iya...
mohon bantuannya!” seruku sambil membungkuk. Cukup, pipiku sudah seperti udah
rebus sekarang.
Kurapika
memperbaik syal yang aku gunakan, hal itu membuat wajah ku merah padam. Wajahnya
tampak tersenyum hangat.
“semenjak
aku pertamakali bertemu kau... sepertinya kau memang tidak bisa memakai syal
dengan benar ya?” ujarnya. Aku pun mulai salah tingkah dan memainkan kepangan
rambutku. “kalau begitu ku duluan ya... kalau kau ada perlu denganku kau bisa
menemuiku di atap gedung sekolah. Jaa ne!” ucapnya sambil melambaikan tangan.
Kurapika bergabung dengan teman-temannya yang baru saja datang dan mereka
berjalan beriringan menuju kelas. GAWAT!!! Aku juga ada upacara penerimaan
siswa baru.
Tapi entah mengapa aku merasa senang, dan
perasaan ini sukar untuk di jelaskan. Semenjak pertama kali bertemu dengannya
aku juga memiliki firasat kalau Kurapika adalah orang yang baik dan sepertinya
banyak disukai oleh orang-orang. Aku harap aku bisa bertemu dengannya lagi di
lain waktu. Dan aku juga berharap bisa menyampaikan perasaan ini di lain
waktu.......
To be continued
Review nya ya Pls ;;)